“Jika Kau Bukan Anak Raja, Juga Bukan Anak Ulama Besar, maka
Menulislah”
- Imam Al-Ghazali-
Secara strata sosial jika kita bukan dari anak raja maupun
anak ulama besar, maka menulislah. Sebuah motivasi besar yang disampaikan oleh
Imam Al-Ghazali bagi kita yang bukan keturunan dari dua yang dipaparkan. Sebagai penulis pemula, saya pun memaknai bahasa indah yang
disampaikannya. Meskipun sampai sekarang apa yang dituliskan dan karya yang
dihasilkan masih sangat jauh dan boleh dikatakan masih merangkak.
Menulis menjadi salah satu cara mengaktualisasikan diri
dalam menuangkan ide, opini, mengembangkan wawasan kepada khalayak ramai.
Dengan menulis kita pun akan dikenal bahkan terabadikan dalam sebuah karya
meskipun seorang penulis sudah lama pergi. Banyak nama yang abadi melalui karyanya, penulis yang
namanya abadi bukan di batu nisan tetapi abadi karena karyanya sampai hari ini
masih dibaca bahkan menjadi semangat bagi para pembaca untuk bisa juga menulis.
Sebut saja Hamka nama
pena dari seorang ulama besar dan sastrawan Indonesia yang lahir di Sumbar
dengan karya yang fenomenal bahkan diangkat ke layar lebar seperti Tenggelamnya
kapal Van der Wijck, Di bawah Lindungan Ka’bah, dll. Pramoedya Ananta Toer seorang pengarang paling produktif
dalam sejarah kesusasteraan Indonesia yang meninggal pada tahun 2006 namun
karyanya sampai hari ini masih tersusun rapi dan terabadikan dari tulisan yang
bisa dibaca, seperti Bumi manusia, Jejak langkah, Gadis pantai, dll. Karyanya
pun diangkat ke dalam layar lebar. Khairil Anwar dengan karyanya “aku” masih
dikenal sampai saat ini. Pilihan diksi yang tepat dan memukau hingga tak lekang
oleh waktu. Masih banyak lagi karya-karya para penulis Indonesia meski
mereka telah pergi namun namanya tetap abadi sampai saat ini.
Jika kita lihat penulis terkenal yang saat ini mampu
menyihir ribuan penulis tanah air melalui karya-karyanya yang luar biasa
seperti Helvi Tiana Rosa, wanita kelahiran Medan - Sumut seorang pendiri Forum
Lingkar Pena Indonesia dengan karyanya yang sudah banyak bahkan diangkat ke
layar lebar seperti Ketika mas gagah pergi, Duka sedalam cinta, 212;The power
of Love, dan Hayya. Andrea Hirata laki-laki kelahiran Belitung Timur dengan
karya fenomenalnya laskar pelangi yang diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing
dan diterbitkan di 130 negara, dan masih banyak lagi penulis-penulis hebat
Indonesia yang mendunia.
Banyak nama penulis yang abadi karena karyanya. Inilah salah
satu kekuatan dari seorang penulis meski bukan seorang anak raja atau ulama
namanya mampu tersohor ke segala penjuru dunia. Karena yang pasti saya bukan anak raja atau anak seorang
ulama besar, maka saya akan terus menulis agar bisa meninggalkan nama yang akan
dikenang dan abadi di kemudian hari.
Sekalipun karya saya masih merangkak dan harus terus diolah
dan diperbaiki tetapi inilah pembelajaran yang terbaik untuk terus menulis.
“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan
abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat
nanti.”
(Ali bin Abi Thalib)
Komentar